Diantara syubhat-syubhat yang dilancarkan oleh kaum Syi’ah dalam rangka mendiskreditkan generasi awal Islam adalah dengan menampilkan hadits-hadits dari literatur Ahlus Sunnah yang matannya menurut pemahaman mereka tertuju kepada para “sahabat sejati” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Diantara hadits-hadits yang seringkali mereka tampilkan adalah hadits-hadits mengenai dihalaunya sekumpulan orang Islam dari telaga Haudh-nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pada hari akhir kelak, yang beliau menyebut sekumpulan orang tersebut dengan sebutan “Sahabat” beliau. Hadits-hadits mengenai hal ini telah tercatat di shahih Bukhari dan Muslim dan juga kitab hadits yang lainnya, diantaranya adalah seperti berikut ini:
7049 – حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُغِيرَةَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي فَأَقُولُ أَيْ رَبِّ أَصْحَابِي يَقُولُ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
(9/46)
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Mughirah dari Abi Wail yang berkata Abdullah berkata Nabi SAW bersabda “Aku akan mendahului kalian sampai di Al Haudh dan akan dihadapkan kepadaku beberapa orang dari kalian. kemudian ketika aku memberi minum mereka, mereka terhalau dariku maka Aku bertanya “Wahai Rabbku mereka itu sahabat-sahabatku. Dia menjawab “engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. [Shahih Bukhari 9/46 no 7049] diriwayatkan juga dalam Shahih Muslim 4/1796 no 2297.
6593 – حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ نَافِعِ بْنِ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ مِنْكُمْ وَسَيُؤْخَذُ نَاسٌ دُونِي فَأَقُولُ يَا رَبِّ مِنِّي وَمِنْ أُمَّتِي فَيُقَالُ هَلْ شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ وَاللَّهِ مَا بَرِحُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ فَكَانَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا أَوْ نُفْتَنَ عَنْ دِينِنَا { أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ } تَرْجِعُونَ عَلَى الْعَقِبِ
(8/121)
Diriwayatkan oleh Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya akan berdiri di atas telaga Haudh kemudian saya akan melihat beberapa orang akan datang kepadaku diantara kalian, dan beberapa manusia dihalau dariku, dan aku akan berkata, “Ya Rabb, mereka dariku, dari ummatku” Kemudian akan dikatakan “Apakah kamu mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah berbalik ke belakang (murtad). (Shahih Bukhari 8/121 No. 6593, Shahih Muslim 4/1794 No. 2293)
Dan beberapa riwayat lagi yang maknanya senada dengan hadits-hadits di atas. Yaitu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam akan datang mendahului umatnya sampai di telaga Haudh, dan kemudian akan ada sekelompok orang yang beliau mengenal mereka sebagai umatnya datang mendekati telaga beliau untuk ikut minum air dari telaga beliau tersebut, tetapi tiba-tiba mereka dihalau oleh Malaikat, dan beliau akan berusaha membela mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah “sahabat” beliau, dalam riwayat lain “mereka dariku, dari golongan umatku” maka akan dikatakan kepada beliau bahwa “beliau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat atau ada-adakan sepeninggal beliau”, dalam riwayat lain “sekelompok orang tersebut telah berbalik ke belakang (murtad) sepeninggal beliau”, “merubah ajaran agama sepeninggal beliau”. Kemudian beliau akan berkata kepada mereka : “menjauhlah”. Demikian ringkasan matan dari hadits-hadits tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kaum Syi’ah menjadikan hadits-hadits tersebut (khususnya yang mengandung kata sahabat) sebagai alat untuk menyerang keadilan Para Sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengklaim bahwa yang dimaksud hadits-hadits di atas adalah para sahabat sejati Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menemani dan berjuang bersama beliau, sehingga menurut mereka sepeninggal beliau sebagian besar sahabat telah murtad dari agamanya dan mengada-adakan hal-hal baru dalam agama kecuali hanya segelintir sahabat yang bisa dihitung dengan jari saja yang tidak demikian, sehingga di akhirat nanti mereka akan diusir dari telaga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dan salah satu yang menyebabkan hal itu adalah karena mereka telah menolak walayah Ali bin Abi Thalib ra. Benarkah demikian?
Di sini penulis akan mengkritisi pemahaman kaum Syi’ah terhadap hadits-hadits di atas, yang jika diteliti lebih dalam, sebenarnya pemahaman mereka adalah keliru.
Definisi Sahabat menurut Ahlus Sunnah
Kita mesti ingatkan terlebih dahulu kepada mereka mengenai definisi sahabat menurut Ahlus Sunnah yang masyhur:
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i pernah berkata:
“Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam”
Maka, orang yang meninggal dalam keadaan tidak Islam atau murtad bukanlah dikategorikan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang banyak dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya bukanlah yang dimaksud oleh hadits tersebut.
Karakteristik Sahabat Menurut Al-Qur’an
As-Suddi telah berkata dalam keterangannya tentang firman Allah Azza wa Jalla QS Ali-Imran : 110
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (١١٠)
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
As-Suddi mengatakan bahwa Umar bin Khattab r.a. telah berkata (mengenai penafsiran ayat ini), “Apabila Allah Swt. menghendaki, niscaya dia akan mengatakan antum maka (akan tercakup dalam pengertian kata ini) adalah kita seluruhnya. Akan tetapi Allah Swt. mengatakan-Nya dengan kata kuntum yang berarti ditujukan khusus kepada para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. dan orang-orang yang melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan para sahabat. Mereka itulah “khairu ummat (sebaik-baik ummat) yang dikeluarkan untuk seluruh manusia.” Imam Ibnu Jarir juga telah meriwayatkannya dari Qatadah r.a. yang mana ia berkata, “Telah diceritakan bahwa Umar telah membaca ayat ini (Ali Imran ayat 101) kemudian dia berkata, “Wahai manusia, barangsiapa yang ingin digolongkan dalam ayat ini, maka hendaklah dia menunaikan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam ayat tersebut. (Syarat tersebut adalah Amar ma’ruf nahi munkar. Pent)(HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, seperti yang disebutkan dalam kitab Kanzul ‘Ummaal jilid I halaman 238)
Maka, sebagian besar para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah dipuji oleh Allah sebagai khairu ummah bukanlah yang dimaksud oleh hadits tersebut.
Firman Allah QS At-Taubah : 100
وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَـٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَـٰنٍ۬ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنۡہُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَآ أَبَدً۬اۚ ذَٲلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (١٠٠
100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Maka, Assabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik bukanlah yang dimaksud hadits di atas.
Firman Allah QS Al-Fath : 18
لَّقَدۡ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِى قُلُوبِہِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡہِمۡ وَأَثَـٰبَهُمۡ فَتۡحً۬ا قَرِيبً۬ا (١٨
18. Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
Hal ini dikuatkan dengan hadits :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak akan masuk neraka seorang-pun dari orang-orang yg berba’iat di bawah pohon (di Hudaibiyyah)”. [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Muslim].
Maka, Para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang ikut berjanji setia di bawah pohon yang berjumlah sekitar 1,500 orang bukanlah termasuk yang dihalau dari telaga Haudh.
Firman Allah QS Al-Fath : 29
مُّحَمَّدٌ۬ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَہُمۡۖ تَرَٮٰهُمۡ رُكَّعً۬ا سُجَّدً۬ا يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنً۬اۖ سِيمَاهُمۡ فِى وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٲلِكَ مَثَلُهُمۡ فِى ٱلتَّوۡرَٮٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِى ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡـَٔهُ ۥ فَـَٔازَرَهُ ۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِہِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنۡہُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا (٢٩
29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Maka, para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan sifat-sifat di atas jelas-jelas mereka bukanlah yang dimaksud hadits tersebut.
Firman Allah dalam QS Al-Hasyr : 8
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَـٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَـٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٲلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنً۬ا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥۤۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ (٨
8. (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Maka kaum Muhajirin adalah bukan yang dimaksud hadits tersebut.
Firman Allah dalam QS Al-Hasyr : 9
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡہِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمۡ حَاجَةً۬ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِہِمۡ خَصَاصَةٌ۬ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٩
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
Maka Kaum Anshar bukanlah yang dimaksud hadits tersebut.
Firman Allah dalam QS Al-Anfal : 74
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬اۚ لَّهُم مَّغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ كَرِيمٌ۬ (٧٤
74. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
Jelas sekali, berdasarkan ayat di atas Kaum Muhajirin dan Anshar bukanlah yang dihalau dari telaga Haudh.
Firman Allah dalam QS Al-Hujuraat : 7-8
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِى كَثِيرٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُ ۥ فِى قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلرَّٲشِدُونَ (٧) فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَنِعۡمَةً۬ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ۬ (٨
7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
8. sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tidak mungkin mereka yang dimaksud oleh ayat tersebut yang dihalau dari telaga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dan masih banyak lagi sifat-sifat mengenai sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur’anul karim dan disebutkan melalui lisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dimana jelas mereka yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut tidak mungkin sebagai orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh.
Bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengenali umat beliau di hari Kiamat ?
Kalau bukan mereka lalu siapakah orang-orang yang disebut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan “sahabat-sahabatku” tetapi ternyata mereka dihalau dari telaga beliau? Mari kita cermati hadits-hadits lain yang berkaitan dengan hadits telaga haudh di atas, yang ternyata riwayat-riwayat tersebut saling menjelaskan dan melengkapi.
Rasulullah mengenal umatnya di hari kiamat melalui tanda-tanda putih cemerlang pada anggota badan bekas wudhu mereka yaitu wajah, tangan dan kaki mereka, hal ini menunjukkan bahwa hadits-hadits tersebut berkenaan dengan umat Islam secara keseluruhan (umat Islam generasi pertama sampai terakhir) bukan hanya umat Islam pada masa sahabat saja.
بَاب فَضْلِ الْوُضُوءِ وَالْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ
136 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَلَى ظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
(1/39)
Nu’aim al-Mujmir r.a. berkata, “Saya naik bersama Abu Hurairah ke atas masjid. Ia berwudhu lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah hal itu.” (Shahih Bukhari 1/39 No. 136).
36 – ( 247 ) حدثنا سويد بن سعيد وابن أبي عمر جميعا عن مروان الفزاري قال ابن أبي عمر حدثنا مروان عن أبي مالك الأشجعي سعد بن طارق عن أبي حازم عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال
Y إن حوضي أبعد من أيلة من عدن لهو أشد بياضا من الثلج وأحلى من العسل باللبن ولآنيته أكثر من عدد النجوم وإني لأصد الناس عنه كما يصد الرجل إبل الناس عن حوضه قالوا يا رسول الله أتعرفنا يومئذ ؟ قال نعم لكم سيما ليست لأحد من الأمم تردون علي غرا محجلين من أثر الوضوء
(1/217)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Panjang sisi) telagaku lebih jauh jaraknya antara Ailah dan ‘Adn (keduanya adalah nama tempat), lebih putih dari salju, lebih manis daripada madu yang dicampur susu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang, dan aku benar-benar akan menghalangi manusia darinya sebagaimana seorang yang menghalangi unta milik orang lain dari telaganya. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami waktu itu?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Kalian datang kepadaku dengan anggota wudhu yang putih bersinar dari bekas wudhu”. (Shahih Muslim 1/217 No. 36)
39 – ( 249 ) حدثنا يحيى بن أيوب وسريج بن يونس وقتيبة بن سعيد وعلي بن حجر جميعا عن إسماعيل بن جعفر قال ابن أيوب حدثنا إسماعيل أخبرني العلاء عن أبيه عن أبي هريرة
Y أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أتى المقبرة فقال السلام عليكم دار قوم مؤمنين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون وددت أنا قد رأينا إخواننا قالوا أولسنا إخوانك يا رسول الله ؟ قال أنتم أصحابي وإخواننا الذين لم يأتوا بعد فقالوا كيف تعرف من لم يأت بعد من أمتك يا رسول الله ؟ فقال أرأيت لو أن رجلا له خيل غر محجلة بين ظهري خيل دهم بهم ألا يعرف خيله ؟ قالوا بلى يا رسول الله قال فإنهم يأتون غرا محجلين من الوضوء وأنا فرطهم على الحوض ألا ليذادن رجال عن حوضي كما يذاد البعير الضال أناديهم ألا هلم فيقال إنهم قد بدلوا بعدك فأقول سحقا سحقا
(1/218)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kuburan. Beliau berdoa: “Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami, insya Allah akan menyusulmu”. Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda: Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka, kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar, bekas wudhu. Aku mendahului mereka datang ke telaga. Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim 1/218 No. 39).
2443 – حدثنا أحمد بن محمد بن علي بن نيزك البغدادي حدثنا محمد بن بكار الدمشقي حدثنا سعيد بن بشير عن قتادة عن الحسن عن سمرة قال Y قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن لكل نبي حوضا وإنهم يتباهون أيهم أكثر واردة وإني أرجو أن أكون أكثرهم واردة
“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki haudh, mereka membanggakan diri, siapa diantara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya), dan aku berharap akulah yang paling banyak pengikutnya” (HR. At Tirmidzi no. 2443, dari sahabat Samurah radhiyallaHu ‘anHu, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahiih Sunan at Tirmidzi no. 1988)
Perhatikanlah hadits-hadits di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan dapat mengenali umatnya di hari kiamat dari tanda putih cemerlang pada anggota badan bekas wudhu yang ada pada mereka.
Perhatikan juga pada hadits Muslim No. 39 dan hadits Tirmidzi No. 2443 di atas, beliau sedang membicarakan umat yang akan datang sesudah masa sahabat, sehingga jelaslah bahwa orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh itu adalah sebagian umat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam secara umum, tidak bisa dikatakan hanya tertuju pada umat Islam masa sahabat saja, tetapi juga umat Islam sesudah jaman sahabat sampai hari kiamat yang melakukan perbuatan seperti itu (bid’ah dan murtad). Padahal kita juga tahu bahwa umat Islam sesudah generasi sahabat adalah juga termasuk umat sepeninggal Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Keterangan mengenai bagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengenal umat-nya dalam hadits Muslim di atas juga mengindikasikan bahwa “pengenalan beliau terhadap umatnya” di sini bukanlah berarti beliau mengenal mereka atau pernah bertemu mereka saat di dunia, tetapi Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam mengenal mereka sebagai umat beliau adalah dari tanda-tanda bekas wudhu mereka di dunia yang begitu tampak jelas dan beliau sangat mengetahuinya bahwa tanda-tanda tersebut hanya ada ada pada umat beliau, dan itulah jawaban beliau terhadap pertanyaan sahabat tentang bagaimana beliau akan mengenali umatnya di hari kiamat. Sedangkan pembelaan beliau kepada sekelompok orang tersebut dengan perkataan “mereka adalah sahabat-sahabatku” adalah dalam rangka membela mereka karena beliau merasa mereka adalah bagian dari umat beliau dan di saat beliau masih hidup di dunia beliau menganggap umat Islam disekitar beliau adalah sahabat-sahabat beliau. Allahu A’lam.
Seandainyapun dikatakan bahwa mereka yang dihalau dari telaga Haudh adalah orang-orang pada masa Sahabat, maka Sahabat dalam pengertian Syar’i tidaklah termasuk sahabat yang diusir dari telaga Haudh berdasarkan tanzih dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun As-Sunnah yang telah dijelaskan di atas, tetapi, kita telah mengetahui dari sirah dan sejarah yang shahih bahwa sebagian orang-orang Arab yang telah masuk Islam ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup (yang Rasulullah mengenal sebagian dari mereka dan mereka-pun mengenal Rasulullah) telah menjadi murtad dan sebagian dari mereka tidak mau membayar zakat selang tidak lama setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat. Maka mereka-lah yang lebih layak dihalau dari telaga Haudh pada hari kiamat nanti dan justru para sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dibawah komando khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu lah yang telah memerangi kaum murtad tersebut sampai ke akar-akarnya dan mengembalikan kejayaan Islam saat itu.
Sebutan “sahabatku” oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap mereka bisa dipahami dalam pengertian sebagai sahabat beliau dalam agama, menunjukkan kasih sayang beliau terhadap umatnya dan antusias beliau di hari kiamat dalam membela umatnya. Dan hal tersebut juga menunjukkan bahwa kedudukan sebagai sahabat Nabi adalah kedudukan yang mulia oleh karenanya beliau menggunakan sebutan “sahabat” untuk membela umatnya. Sedangkan para “sahabat sejati” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bukanlah orang-orang yang diusir dari telaga Haudh berdasarkan penjelasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan justru mereka-lah yang telah berjasa dalam mengembalikan kejayaan Islam dan menyelamatkan umat dari kemurtadan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hadits-hadits di atas, orang-orang yang dihalau dari telaga Haudh, mereka adalah beberapa orang dari umat (mantan umat jika mereka telah murtad) Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang berbuat seperti yang disifatkan oleh hadits tersebut (berbuat bid’ah atau Murtad sepeninggal beliau) sampai hari kiamat, jadi tidak dikhususkan tertuju pada umat di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam saja.
Mereka dikenal oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan tanda-tanda dari bekas wudhu mereka sewaktu di dunia yang membedakan dengan umat-umat lainnya, sehingga beliau pada saat itu mengira mereka adalah umat beliau dan menyebut mereka dengan “sahabatku”, “dari-ku (golonganku)”, “dari ummatku” dalam rangka membela mereka, tetapi ternyata mereka adalah umat Islam yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) sepeninggal beliau atau mereka yang telah berbalik ke belakang (murtad dari agama Islam) sepeninggal beliau, sehingga mereka dihalau dari mendekati telaga Haudh.
Terjadinya kemurtadan sepeninggal beliau yang kemudian berhasil dipadamkan oleh sahabat-sahabat sejati beliau di bawah pimpinan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Para sahabat sejati yang Allah dan Rasul-Nya telah menjadi saksi atas keutamaan mereka bukanlah orang-orang yang dihalau dari telaga Haudh.
Maka syubhat kaum Syi’ah bahwa orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh adalah para sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam jelas sekali tidak benar.
Akhirnya, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita sebagai bagian dari Umat nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang diterima di telaga Haudh dan termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Wallahu A’lam bishawab.
Hm
Wallahu A’lam bishawab.
masih ragu apa tidak yakin
وأخرج البخاري عن أبي عبد الرحمن السلمي أن عثمان حين حوصر أشرف عليهم فقال: أنشدكم بالله ولا أنشد إلا أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ألستم تعلمون أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من جهز جيش العسرة فله الجنة فجهزتهم ألستم تعلمون أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من حفر بئر رومة فله الجنة؟ فحفرتها فصدقوه بما قال.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Abdurrahman As Sulami bahwa ketika Usman dikepung dia melihat kepada orang-orang yang mengepungnya kemudian berkata ”Aku meminta kalian bersumpah kepada Allah dan tidaklah aku meminta sumpah ini kecuali kepada Sahabat–sahabat Nabi SAW, Tidakkah kalian tahu bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ’barang siapa yang mempersiapkan perbekalan bagi pasukan Usrah maka dia memperoleh surga’. Lalu saya mempersiapkannya. Bukankah kalian juga tahu bahwa Rasulullah SAW bersabda ’barang siapa yang menggali sumur Rumata maka dia akan masuk surga’. Lalu saya menggali sumur itu. Orang-orang yang mengepung Usman itu membenarkan apa yang ia katakan.
BETULKAH HADITS INI MENYIRATKAN SAHABAT NABI YANG MENGEPUNG USMAN BIN AFFAN..
Pertanyaan saya kepada anda, riwayat di atas diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Abdurrahman As Sulami, menurut anda sedang apa dia ada di sana sehingga dia bisa meriwayatkan riwayat tersebut? Apakah dia juga turut mengepung Utsman? Atau dia ada di sana untuk membantu Utsman? atau melihat situasi? Apakah menurut anda jika ada sahabat yang saat itu hadir di sana berarti dia juga ikut mengepung Utsman? Terus apa kaitannya dengan artikel yang saya tampilkan di atas?
benarkah cerita Tarikh Al Khulafa 1/64
tolong ustadz jelaskan kedudukan sahabat dalam riwayat ini :
فخرج من أهل مصر سبعمائة رجل فنزلوا المسجد وشكوا إلى الصحابة في مواقيت الصلاة ما صنع
ابن أبي سرح بهم فقام طلحة بن عبيد الله فكلم عثمان بكلام شديد وأرسلت عائشة رضي الله عنها إليه فقالت: تقدم إليك أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم وسألوك عزل هذا الرجل فأبيت؟ فهذا قد قتل منهم رجلاً فأنصفهم من عاملك ودخل عليه على بن أبي طالب فقال إنما يسألونك رجلا مكان رجل وقد ادعوا قبله دماً فأعزله عنهم واقض بينهم فإن وجب عليه حق فأنصفهم منه
Sekitar 700 orang Mesir datang ke Madinah. Mereka memasuki Masjid Nabawi. Mereka mengadukan kepada para sahabat di waktu-waktu shalat mengenai perlakuan jahat Abdullah bin Abi Sarh. Thalhah bin Ubadillah berdiri dan mengucapkan perkataan yang sangat kasar kepada Usman. Aisyah kemudian mengirim surat kepada usman yang isinya ”Sahabat Rasulullah datang kepadamudan memintamu memecat orang itu, namun kamu tidak mau memecatnya. Padahal salah seorang diantara mereka telah dibunuh oleh pejabat yang kamu angkat, maka berlaku adillah kamu”. Ali juga datang kepada Usman dan berkata ”Sesungguhnya mereka memintamu untuk menggantikan orang itu dengan orang lain dan mereka mengatakan bahwa pejabatmu itu telah menumpahkan darah. Maka pecatlah orang itu dan putuskanlah diantara mereka. Jika ada hal yang wajib diberlakukan padanya maka berlaku adillah”.
Riwayat tersebut perlu diteliti kembali, oke lah sudah sering berulang kali saya sampaikan bahwa perselisihan pendapat diantara sahabat adalah keniscayaan ga ada masalah dengan hal itu apalagi di masa fitnah sedang dihembuskan dengan derasnya oleh kaum munafik, Utsman ra mempunyai hujjah dan beliau telah sampaikan hujjah beliau saat itu.
Betulkah cerita dalam Musnad Ahmad Tahqiq Syaikh Ahmad Syakir 1/59 no 420, Jawablah demi Allah SWT yang memiliki kebenaran
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو قطن ثنا يونس يعنى بن أبي إسحاق عن أبيه عن أبي سلمة بن عبد الرحمن قال أشرف عثمان رضي الله عنه من القصر وهو محصور فقال انشد بالله من شهد رسول الله صلى الله عليه و سلم يوم حراء إذ اهتز الجبل فركله بقدمه ثم قال اسكن حراء ليس عليك الا نبي أو صديق أو شهيد وأنا معه فانتشد له رجال قال انشد بالله من شهد رسول الله صلى الله عليه و سلم يوم بيعة الرضوان إذ بعثني إلى المشركين إلى أهل مكة قال هذه يدي وهذه يد عثمان رضي الله عنه فبايع لي فانتشد له رجال قال انشد بالله من شهد رسول الله صلى الله عليه و سلم قال من يوسع لنا بهذا البيت في المسجد ببيت في الجنة فابتعته من مالي فوسعت به المسجد فانتشد له رجال قال وأنشد بالله من شهد رسول الله صلى الله عليه و سلم يوم جيش العسرة قال من ينفق اليوم نفقة متقبلة فجهزت نصف الجيش من مالي قال فانتشد له رجال وأنشد بالله من شهد رومة يباع ماؤها بن السبيل فابتعتها من مالي فأبحتها لابن السبيل قال فانتشد له رجال
Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Quthn yang berkata telah menceritakan kepada kami Yunus yakni Ibnu Abi Ishaq dari Ayahnya dari Abi Salamah bin Abdurrahman yang berkata ”Usman keluar dari rumahnya ketika sedang dikepung kemudian ia berkata ”Aku bersumpah demi Allah, siapakah diantara kalian yang menyaksikan Rasulullah SAW pada hari Hira’ ketika gunung berguncang lalu Beliau hentakkan kaki ke gunung tersebut seraya berkata ”Tenanglah ya Hira’ tidak ada seorangpun yang berada di atasmu melainkan seorang Nabi, Shiddiq, Syahid dan Aku bersama mereka”. Beberapa orang bersaksi akan hal tersebut. Kemudian Usman berkata lagi ”Aku bersumpah demi Allah, siapakah diantara kalian yang menyaksikan Rasulullah SAW pada hari Baiatul Ridwan ketika Beliau mengutusku menemui orang musyrik Mekkah dan berkata ’Ini tanganKu dan ini tangan Usman’. Lantas Beliau membaiatkan untukku. Beberapa orang bersaksi akan hal tersebut. Kemudian Usman berkata ”Aku bersumpah demi Allah, siapakah diantara kalian yang menyaksikan Rasulullah SAW bersabda ’Siapa yang membeli rumah ini kemudian diwakafkan untuk perluasan masjid maka untuknya surga’. Maka aku membelinya dengan hartaku lalu aku gunakan untuk memperluas masjid. Beberapa Orang bersaksi akan hal tersebut. Kemudian Usman berkata ”Aku bersumpah demi Allah, siapakah diantara kalian yang menyaksikan Rasulullah SAW pada hari pasukan Usrah bersabda ’Siapa yang membekali pasukan ini dengan nafkah yang maqbul? Maka aku membekali separuh pasukan tersebut dengan hartaku. Beberapa orang bersaksi akan hal tersebut. Kemudian Usman berkata ”Aku bersumpah demi Allah, siapakah diantara kalian yang menyaksikan sumur Rumata yang airnya dijual kepada para musafir, lalu aku membelinya dengan hartaku dan aku perbolehkan para musafir meminum airnya. Beberapa orang bersaksi akan hal tersebut.
Riwayat di atas diriwayatkan oleh seorang bernama Abi Salamah bin Abdurrahman, bukankah dia seorang sahabat Nabi? Menurut anda mengapa dia ada ditempat tersebut sehingga dia bisa meriwayatkan kisah tersebut? Apa jika sahabat berada di sana, mereka ikut mengepung Utsman?
Dalam Musnad Ahmad tahqiq Syaikh Syu’aib Al Arnauth 1/63 no 452 diriwayatkan
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا إسحاق بن سليمان قال سمعت مغيرة بن مسلم أنا سلمة يذكر عن مطر عن نافع عن بن عمر ان عثمان رضي الله عنه أشرف على أصحابه وهو محصور فقال علام تقتلوني فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول لا يحل دم امرئ مسلم الا بإحدى ثلاث رجل زنى بعد إحصانه فعليه الرجم أو قتل عمدا فعليه القود أو ارتد بعد إسلامه فعليه القتل فوالله ما زنيت في جاهلية ولا إسلام ولا قتلت أحدا فأقيد نفسي منه ولا ارتددت منذ أسلمت انى أشهد أن لا إله إلا الله وان محمدا عبده ورسوله
Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sulaiman yang berkata Aku mendengar Mughirah bin Muslim Abu Salamah menyebutkan dari Mathar dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Usman RA ketika dikepung ia melihat sahabat-sahabatnya kemudian berkata “Atas dasar apa mereka kalian hendak membunuhku”. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal. Seseorang yang berzina setelah muhshan maka ia dihukum rajam. Seseorang yang membunuh secara sengaja maka ia dikenakan qishash dan seseorang yang murtad setelah masuk islam. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah berzina di masa jahiliyah maupun setelah masuk islam, aku pun tidak pernah membunuh seseorang sehingga aku dikenakan qishash dan akupun tidak pernah murtad setelah masuk islam. Sesungguhnya Aku bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan UtusanNya.
Riwayat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bukankah dia seorang sahabat Nabi? Menurut anda mengapa dia ada ditempat tersebut sehingga dia bisa meriwayatkan kisah tersebut? Apa jika sahabat berada di sana, mereka ikut mengepung Utsman? Bukankah Hasan, Husein juga diperintahkan Ali ra menjaga Utsman? Bukankah hadir juga di sana sahabat-sahabat yang lainnya sekitar 700 orang untuk membela Utsman, tetapi beliau tidak menghendakinya? Apakah suatu hal yang mustahil merekalah yang dimintai kesaksian oleh Utsman? sehingga diharapkan dapat meluluhkan hati para pengepung?
Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah 7/208 berkata dalam Bab Peristiwa Terbunuhnya Usman bin Affan
وروى ابن عساكر عن ابن عون أن كنانة بن بشر ضرب جبينه ومقدم رأسه بعمود حديد فخر لجنبيه وضربه سودان بن حمران المرادي بعد ما خر لجنبه فقتله وأما عمرو بن الحمق فوثب على عثمان فجلس على صدره وبه رمق فطعنه تسع طعنات وقال أما ثلاث منهن فلله وست لما كان في صدري عليه
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Aun bahwa Kinanah bin Bisyr memukul rusuk dan ubun-ubun Usman dengan besi sehingga Beliau tersungkur disebelahnya. Lalu Saudan bin Humran Al Murady memukul lagi hingga beliau terbunuh. Kemudian Amr bin Hamiq melompat ke dada Usman dan pada saat itu beliau menghembuskan nafas yang terakhir lalu ia menikam Usman dengan sembilan tikaman seraya berkata “Adapun tiga tikaman karena Allah dan enam tikaman karena dendam di dalam dadaku”.
Mohon penjelasan-mohon penjelasan, maaf agak memaksa
Salah satu dari pembunuh Usman adalah Amr bin Hamiq dimana mengenai dia Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah 8/48 berkata
عمرو بن الحمق بن الكاهن الخزاعى أسلم قبل الفتح وهاجر وقيل إنه إنما أسلم عام حجة الوداع وورد فى حديث أن رسول الله دعا له أن يمتعه الله بشبابه فبقى ثمانين سنة لا يرى فى لحيته شعرة بيضاء ومع هذا كان أحد الأربعة الذين دخلوا على عثمان
Amr bin Hamiq bin Kahin Al Khuza’i memeluk islam sebelum Fathul Makkah dan peristiwa Hijrah dan ada pula yang mengatakan kalau ia memeluk islam pada Haji wada. Diceritakan dalam suatu hadis bahwa Rasulullah SAW berdoa untuknya “semoga Allah memberimu usia yang baik” Ia hidup sampai berumur 80 tahun dan tidak ada sehelaipun uban di janggutnya. Ia adalah salah satu dari empat orang yang menerobos rumah Usman.
Riwayat tersebut diriwayatkan dari jalur Al-Waqidi dan menurut penyusun kitab Tartib wa Tahdzib Kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Dr. Muhammad bin Shamil as-Sulami, beliau berkata : “Adapun riwayat-riwayat Muhammad bin Umar al-Waqidi tentang fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan ra terdapat banyak kebohongan-kebohongan yang menyelisihi riwayat-riwayat yang shahih dan banyak memutarbalikkan fakta tentang kasus fitnah tersebut, seolah-olah para sahabat telah mengambil sikap yang salah dan kelihatan riwayat tersebut terpengaruh oleh pemahaman Syi’ah”
Mohon dijelaskan:
Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah 7/204 telah membawakan riwayat bahwa mereka yang mengepung Usman berada dibawah pimpinan Abdurrahman bin Udais
أبا ثور الفقيمي يقول قدمت على عثمان فبينا أنا عنده فخرجت فإذا بوفد أهل مصر قد رجعوا فدخلت على عثمان فأعلمته قال فكيف رأيتهم فقلت رأيت في وجوههم الشر وعليهم ابن عديس البلوي فصعد ابن عديس منبر رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى بهم الجمعة وتنقص عثمان في خطبته
Abu Tsawr Al Fahmy berkata ”Aku mendatangi Usman, ketika aku berada di tempat Beliau ternyata orang-orang Mesir kembali ke Madinah maka aku mendatangi Usman dan memberitahukannya. Ia bertanya ”bagaimana kamu lihat keadaan mereka?”. Aku menjawab ”Aku melihat ada niat jahat yang tergambar di wajah mereka, mereka di bawah pimpinan Ibnu Udais”. Kemudian Ibnu Udais menaiki mimbar Rasulullah SAW dan mengimami shalat Jum’at serta mencela Usman di dalam khutbahnya.
bnu Abi Hatim berkata dalam Al Jarh Wat Ta’dil juz 5 no 1182
عبد الرحمن بن عديس البلوى له صحبة
Abdurrahman bin Udais Al Balawi adalah seorang Sahabat Nabi
Dalam Al Isabah 4/334 no 5167 Ibnu Hajar menuliskan biografi Ibnu Udais dan mengutip dari Ibnu Sa’ad
قال بن سعد صحب النبي صلى الله عليه وسلم وسمع منه
Ibnu Sa’ad berkata “Ia seorang Sahabat Nabi SAW dan mendengar dari Beliau”
Kemudian Ibnu Hajar juga berkata
وقال بن البرقي والبغوي وغيرهما كان ممن بايع تحت الشجرة وقال بن أبي حاتم عن أبيه له صحبة وكذا قال عبد الغني بن سعيد وأبو علي بن السكن وابن حبان
Ibnul Barqi, Al Baghawi dan yang lainnya mengatakan bahwa ia adalah salah seorang dari mereka yang memberikan baiat di bawah pohon, Ibnu Abi Hatim berkata dari ayahnya bahwa “ia adalah seorang sahabat Nabi” dan begitu pula yang dikatakan oleh Abdul Ghani bin Said, Abu Ali bin Sakan dan Ibnu Hibban.
Ibnu Abdil Barr dalam Al Isti’ab 2/840 ketika menjelaskan tentang Abdurrahman bin Udais beliau mengutip
قال أبو عمر هو كان الأمير على الجيش القادمين من مصر إلى المدينة الذين حصروا عثمان وقتلوه
Abu Umar berkata “Ia adalah orang yang memimpin orang-orang Mesir ke Madinah untuk mengepung Usman dan membunuhnya”.
Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Tarikh Ath Thabari 2/483 berkata
حدثني أحمد بن إبراهيم؛ قال حدثنا عبد الله بن إدريس، عن عبيد الله بن عمر، عن نافع، أن جهجاها الغفاري، أخذ عصا كانت في يد عثمان، فكسرها على ركبته، فرمى في ذلك المكان بأكله.
Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Ibrahim yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ bahwa Jahjah Al Ghiffari merampas tongkat yang dibawa Usman kemudian mematahkan tongkat tersebut dengan memukulkan ke lututnya dan karenanya ia menderita penyakit akilah.
Riwayat ini adalah riwayat yang shahih dan para perawinya tsiqat atau terpercaya
* Ahmad bin Ibrahim, disebutkan Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 1 no 3 kalau ia telah dinyatakan tsiqat oleh Al Uqaili, Al Khalili, Ibnu Hibban dan yang lainnya. Abu Hatim berkata ”ia shaduq”. Dalam At Taqrib 1/29 Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia seorang hafiz yang tsiqat.
* Abdullah bin Idris, disebutkan dalam At Tahdzib juz 5 no 248 kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Abu Hatim, An Nasa’i, Ibnu Saad, Ibnu Kharrasy, Ibnu Hibban, Al Ajli, Al Khalili dan Ali bin Madini. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/477 menyatakan ia tsiqah.
* Ubaidillah bin Umar, disebutkan dalam At Tahdzib juz 7 no 71 kalau ia seorang yang dikenal tsiqah. Ubadilillah bin Umar telah dinyatakan tsiqah oleh An Nasa’i, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Ibnu Hibban, Ahmad bin Shalih, dan Ibnu Main. Ibnu Hajar berkata dalam At Taqrib 1/637 ”tsiqat tsabit”.
* Nafi’ maula Ibnu Umar adalah seorang yang tsiqah. Ibnu Hajar berkata dalam At Taqrib 2/239 ”seorang faqih yang masyhur tsiqah tsabit”.
Tentu bagi mereka yang tidak tahu maka dengan mudahnya mereka akan mengecam sosok yang bernama Jahjah ini atau mungkin dengan marahnya mereka mengatakan kalau Jahjah ini adalah seorang pemberontak yang berlaku tidak senonoh terhadap Usman. Padahal Jahjah Al Ghiffari ini adalah seorang Sahabat Nabi dan termasuk salah satu dari mereka yang membaiat Nabi dalam Baiatur Ridwan.
Ibnu Abi Hatim berkata dalam Al Jarh Wat Ta’dil juz 2 no 2258 yang mengutip dari ayahnya
جهجاه بن سعيد الغفاري المديني له صحبة روى عنه عطاء بن يسار ونافع
Jahjah bin Said Al Ghiffari seorang Sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis kepada Atha’ bin Yasar dan Nafi’.
Adz Dzahabi dalam Tarikh Al Islam 3/560 berkata
جهجاه بن قيس وقيل بن سعيد الغفاري، مدني، له صحبة. شهد بيعة الرضوان
Jahjah bin Qais dan ada yang mengatakan Jahjah bin Said Al Ghiffari adalah seorang Sahabat Nabi yang menyaksikan Baiatur Ridwan.
Ibnu Hajar dalam Al Isabah 1/518 no 1247 berkata
جهجاه بن سعيد وقيل بن قيس وقيل بن مسعود الغفاري شهد بيعة الرضوان بالحديبية
Jahjah bin Said, ada yang mengatakan Jahjah bin Qais ada yang mengatakan Jahjah bin Mas’ud Al Ghiffari, ia ikut menyaksikan Baiatur Ridwan dan Perjanjian Hudaibiyah.
Amr bin Badil Al Khuza’i adalah salah satu dari mereka yang mengepung Usman dan menerobos masuk ke rumah Usman. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Syabbah Al Numairi dalam Tarikh Al Madinah 4/1303
حدثنا عفان قال، حدثنا أبو محصن قال، حدثنا حصين بن عبد الرحمن قال، حدثني جُهيم قال: أنا شاهدٌ، دَخَلَ عليه عمروُ بن بُدَيل الخزاعي واليُّجِيبي يطعنه أحدهما بمشقصٍ في أوداجه، وعلاهُ الآخر بالسيف فقتلوه.
Telah menceritakan kepada kami Affan yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muhsin yang berkata telah menceritakan kepada kami Hushain bin Abdurrahman yang berkata telah menceritakan kepadaku Juhaim yang berkata “aku menyaksikan bahwa Amr bin Badil Al Khuza’i dan At Tajiby masuk ke dalam rumah Usman. Salah satu dari mereka menusuknya dengan pisau dan yang lain memukulnya dengan pedang dan mereka membunuhnya”.
Riwayat ini adalah riwayat yang shahih dan para perawinya terpercaya
* Affan bin Muslim, disebutkan dalam At Tahdzib juz 7 no 424 kalau ia telah dinyatakan tsiqat oleh Al Ajli, Ibnu Hibban, Abu Hatim, Ibnu Kharasy, Ibnu Saad. Ibnu Ady berkata “ia dikenal shaduq(jujur)”. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/679 memberikan predikat tsiqat tsabit kepadanya.
* Abu Muhshin adalah kuniyah dari Husain bin Numair Al Wasithi, disebutkan dalam At Tahdzib juz 2 no 682 kalau ia perawi hadis Shahih Bukhari, Sunan Abu Dawud, Nasa’i dan Tirmidzi. Ia dinyatakan tsiqah oleh Al Ajli, Abu Zar’ah dan Ibnu Hibban. Ibnu Main dan Abu Hatim berkata “shalih”. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/224 berkata “la ba’sa bihi(tidak ada cacat)”. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 1134 berkata “tsiqah”.
* Husain bin Abdurrahman, disebutkan Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 2 no 659 kalau ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Ibnu Main, Al Ajli, Abu Zar’ah, Abu Hatim dan Ibnu Hibban. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 1124 menyatakan ia “tsiqah hujjah”.
* Juhaim Al Fahri, Ibnu Hibban memasukkannya sebagai perawi tsiqat dalam Ats Tsiqat juz 4 no 2084. Disebutkan oleh Bukhari dalam Tarikh Al Kabir juz 2 no 2364 dan beliau memastikan kalau Juhaim mendengar dari Usman dan meriwayatkan hadis kepada Husain bin Abdurrahman. Imam Bukhari tidak sedikitpun menyatakan kalau ia cacat bahkan Imam Bukhari berhujjah dengan hadisnya dalam Tarikh As Shaghir juz 1 no 334 tentang pengepungan Usman. Ibnu Abi Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 2/540 no 2242 menuliskan tentang Juhaim dan ia tidak sedikitpun menyatakan cacatnya. Adz Dzahabi juga memasukkannya dalam Tarikh Al Islam 5/384 seraya mengatakan kalau Juhaim meriwayatkan dari Usman dan meriwayatkan kepada Husain bin Abdurrahman.
Jika melihat riwayat di atas maka dengan mudahnya orang akan menuduh kalau Amr bin Badil Al Khuza’i adalah pemberontak yang tercela yang ikut mengepung dan membunuh Usman. Anehnya Ibnu Hajar memasukkan nama Amr bin Badil Al Khuza’i dalam Al Isabah 4/606 no 5781 dan mengutip Ath Thabrani kalau ia seorang Sahabat Nabi
قال الطبراني له صحبة وهو أحد من جاء مصر في أثر عثمان
Ath Thabrani berkata “ia seorang Sahabat Nabi dan ia salah seorang dari orang-orang Mesir yang mengepung Usman”.
Pada awalnya kami mengira kalau Amr bin Badil Al Khuza’i adalah orang yang sama dengan Amr bin Hamiq Al Khuza’i tetapi kami melihat ternyata Ibnu Hajar telah membedakan kedua orang tersebut dalam kitab biografi sahabat miliknya Al Isabah Fi Tamyiz As Sahabah. Ibnu Hajar menyebutkan Amr bin Badil Al Khuza’i dalam Al Isabah 4/606 no 5781 sedangkan Amr bin Hamiq Al Khuza’i disebutkan oleh beliau dalam Al Isabah 4/623 no 5822.
Ustadz ana orang awam bingung melihat tulisan-tulisan diatas
Tolong dijelaskan…..
Jika memang benar mereka adalah termasuk sahabat Nabi, maka mereka adalah korban hasutan Ibnu Saba’, dan jika benar diantara mereka yang mengepung ada sahabat nabi yang memang bertujuan mengepung Utsman dan diantara mereka ada sahabat yang menyaksikan baituridwan maka mereka adalah termasuk orang-orang yang bersaksi ketika Utsman meminta kesaksian dari mereka tentang baituridhwan sebagaimana riwayat yang anda kutip sebelumnya :
Pertama, Maka dengan mereka menjadi saksi atas peristiwa tersebut, kita tafsirkan mereka telah mengakui keutamaan Utsman dan mereka pun bertobat dan orang-orang di atas (jika benar diantara mereka adalah sahabat yg menyaksikkan baituridwan) adalah termasuk di dalamnya. Allahu “alam bishawab.
Kedua, selain dari mereka (yg anda sebutkan sebagai sahabat yang termasuk hadir dalam baituridwan), maka terlihat dalam pengepungan tersebut tinggal tersisa segelintir saja yang anda sebutkan di atas dan merupakan shighar sahabat dari sekian banyak sahabat Nabi yang ada, sehingga tidak bisa mewakili sahabat Nabi pada umumnya, karena telah dicatat dalam riwayat-riwayat yang shahih begitu banyak sahabat yang membela Utsman dan apa yang anda sampaikan sama sekali tidak-lah menghilangkan sisi keadilan para sahabat yang lain. Dan saya tidak melihat relasi dengan artikel yang saya tampilkan di atas. jika anda hendak menjadikan fitnah yang terjadi pada masa Utsman sebagai alat untuk menyerang sahabat saya kira kurang relevan, dan perlu penelitian yang panjang terhadap riwayat-riwayat tersebut, apalagi jika riwayat-riwayat tersebut diambil dari riwayat sejarahwan Akhbari dan tidak terdapat dalam kitab-kitab ahlus sunnah yang mu’tabar.
Ketiga, Jika anda membaca riwayat mengenai kisah sebelum terjadinya pengepungan terhadap Utsman, anda akan mengetahui duduk perkaranya, bahwa sebenarnya rombongan dari Mesir tersebut sudah puas dengan menerima penjelasan dari Utsman mengenai apa-apa yang menjadi uneg-uneg mereka, dan mereka kembali ke Mesir dengan damai, tetapi ternyata tangan-tangan jahat kaum munafik tidak membiarkan hal itu terjadi, maka anda akan temukan kisah mengenai surat yang dipalsukan atas nama khalifah Utsman yang berisi perintah untuk membunuh rombongan Mesir tersebut, itulah yang memicu mereka kembali ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Inilah fitnah yang sungguh dahsyat saat itu yang orang hampir tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Siapapun yang telah membunuh Utsman jelas adalah keliru dan berdosa, tetapi dosa yang paling besar dipikul oleh orang-orang munafik yang telah menghasut orang-orang tersebut dan memfitnah Utsman dengan keji yaitu diantaranya dengan membuat surat palsu atas nama Utsman.
Keempat, dikisahkan juga dalam Al-Bidayah wan Nihayah, setelah terjadi pembunuhan tersebut, sebagian pembunuh menyesal dan bertobat. Diantaranya dikisahkan seperti ini :
Mengenai fitnah yang terjadi pada masa itu kita ingat sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :
Allahu A’lam Bishawab
jika anda bertanya, mengapa saya selalu mengakhiri dengan kalimat ini, karena pada kenyatannya Allah lah yang lebih mengetahui segalanya dan kita tentunya mengembalikan semuanya kepada-NYA
Jadikan al quran sebagai pembeda yang haqq dan yang bathil, juga penjelas atas hadits2 yang datang setelah al quran. Jangan dibalik dengan memposisikan hadits lebih tinggi dari al quran
Jika hadits bertentangan dengan al quran dan ‘aqal maka ia bathil. Jika hadits tidak menyimpang dari al quran maka ia haqq
@alfanarku I appreciate with your knowledge about hadits
http://qarrobin.wordpress.com/2010/01/05/sibuk-dengan-sunnah-dan-hadits-namun-melupakan-al-quran/
@alfanarku
Gimana tanggapan ente thdp komentar Qarrobin, jangan diam aja 🙂
@qarrobin:
darimana kaidah ente itu brur??? HAdits bertentangan dg akal ditolak?? akal siapa? akal ente?
@supriman
1. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ” (QS. 16:78)
2. “Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. 6:78)
3. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. 7: 179)
Alam semesta ini bergerak mengikuti aturan yang ada padanya. Aturan tersebut dnamai hukum alam. Manusia adalah bagian dari alam. Ia pun mengikuti aturan tersebut. Ia tidak hanya mengikuti tapi juga dapat memahaminya. Hingga ia mampu memanfaatkan hukum alam tersebut. Lahirlah apa yang disebut teknologi.
Apa sebab manusia bisa demikian? karena adanya hukum berpikir yang berjalan dalam dirinya. Hukum berpikir itu antara lain:
1. Hukum sebab-akibat
2. Hukum non-kontradiktif
3. Hukum perbandingan.
Dari mulai pikiran yang paling konyol sampai rumusan matematik yang rumitnya amit-amit semua berjalan dengan aturan ini (hukum pikiran). Bahkan ketika anda mempertanyakan tulisan ini sekalipun…..hehehe.
Sesuatu dinilai benar dan salah pun berdasarkan hukum pikiran juga. Agama adalah akal. Tidak ada agama bagi yang tidak berakal.
[…] ISTRI RASULULLAH Shalallahu 'Alaihi Wasallam DUNIA AKHIRATDaftar ArtikelSHAHABAT BUKAN MUNAFIK Sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam Akan Diusir dari Telaga Haudh ?Di Balik Keajaiban KhamrTempat Keluarnya Dajjal, Tanduk Setan dan Arah TimurImam Ali bin Abi Thalib […]
Nice article Bung!
Al Quran yang ada di tangan kaum Muslimin sekarang merupakan hasil kodifikasi (pembukuan) yang dilakukan dibawah pemerintahan Utsman bin Affan. Padahal kita tahu Utsman adalah Sunni, tidak mungkin Syiah Imamiyah. Jadi, mengapa Syiah Imamiyah begitu membenci para khalifah sebelum Ali ?
Saya pernah membaca bahwa Imam ke 12 yang diakui Syiah Imamiyah hanyalah fiktif. Pasalnya Imam ke 11 sebenarnya tidak memiliki keturunan. Bahkan hal ini diakui sendiri oleh Khomenei dengan menyebutnya sebagai masa persembunyian selama berabad abad. Pertanyaannya adalah mengapa Imam tersebut koq bersembunyi ? bersembunyi dimana dan sedang menunggu apa ?