Oleh : Abu Hannan Sabil Arrasyad
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.
Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
Taktik Syiah Rafidhoh
Sebelum menjelaskan tentang kedudukan hadist dua belas khalifah, maka saya jelaskan dahulu salah satu siasat kebiasaan syiah rafidhoh dalam mempengaruhi kaum muslimin. Yang ini dilakukan mereka di dalam banyak hal. Siasat dan kebiasaan itu adalah.
“ Mengkhususkan suatu dalil (nash) yang berbentuk umum”
Penjelasannya : Merupakan satu kebiasaan bagi Syi‘ah untuk memaksa dalil- dalil umum dari Al Qur’an dan hadist agar ia khusus ditujukan kepada Ahlul Bait, radhiallahu ‘anhum.
Contohnya jika kita mengkaji seluruh Al Qur’an, tidak ada satupun ayat yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini. Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Namun kita dapati Syi‘ah Rafidhoh mengemukakan berbagai ayat dan hadis untuk mengangkat diri mereka sebagai golongan yang benar dan hanya Ahlul Bait sebagai khalifah yang hak. Padahal ayat dan hadis yang mereka kemukakan semuanya berbentuk umum dan tidak khusus menunjuk kepada Ahlul Bait sebagai subjek khalifah.
Jawaban kita sebagai kaum muslimin kepada mereka syiah rafidhoh dalam hal ini adalah
“ setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
dalam hal ini dalil yang umum tidaklah dikhususkan, karena jelas dalil-dalil Al Qur’an dan hadist yang shahih ada yang berbentuk umum dan khususada yang berbentuk mutlak, ada yang berbentuk membatas, ada yang berbentuk menetapkan, ada yang berbentuk menafikan, ada yang berbentuk doa, ada yang berbentuk anjuran, ada yang berbentuk peringatan, ada yang berbentuk isyarat dan lainnya. Semua bentuk-bentuk ini dapat dikenali daripada dzohir susunan lafadz dan perkataan yang digunakan di dalam lafadz.
Adakalanya wujud dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk umum manakala yang kedua berbentuk khusus, maka dalil yang kedua berperanan mengkhususkan keumuman dalil yang pertama. Adakala wujud juga dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk mutlak manakala yang kedua berbentuk membatas, maka dalil yang kedua berperanan membatasi kemutlakan dalil yang pertama. Di dalam kedua-dua keterangan di atas, peranan dalil yang kedua disebut sebagai “petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut” di mana yang asal itu adalah dalil yang pertama.
Dalil-dalil AlQur’an dan hadist yang shahih dengan segala bentuknya berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bentuk-bentuk yang dimiliki oleh setiap dalil AlQur’an dan sunnah memiliki peranan, tujuan dan hikmah yang tersendiri di dalam membentuk kesempurnaan syari‘at Islam. Allah tidak sekali-kali menciri-cirikan dalil tersebut dengan bentuk yang tertentu tanpa apa-apa peranan, tujuan dan hikmah didalamnya. Apabila Allah berfirman dengan ayat yang bersifat umum, bererti Allah memang mengkehendaki ia bersifat umum. Apabila Allah mengilhamkan RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bersabda dengan sesuatu yang bersifat memberi peringatan, berarti Allah memangn mengkehendaki itu bersifat memberi peringatan. Demikianlah seterusnya bagi lain-lain bentuk dalil seperti mutlak, membatas, menetapkan, menafikan, doa, anjuran, isyarat dan berbagai lainnya lagi.
Justru seandainya Allah mengkehendaki hak kekhalifahan berada di tangan Ahlul Bait, khususnya ‘Ali bin Abi Thalib,dan keturunannya hanya dari pihak Husein saja seperti yang diyakini Syiah Rafidhoh Allah akan menurunkan dalil yang berbentuk khusus lagi tepat bagi menetapkan kekhalifahan mereka sehingga tidak timbul apa-apa kesamaran atau salah faham. Ini sebagaimana tindakan Allah mengkhususkan kepimpinan kepada Nabi Daud ‘alaihi salam dan menetapkan kerajaannya:
Wahai Daud ! Sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah di bumi, maka jalankanlah hukum di antara manusia dengan (hukum syariat) yang benar (yang diwahyukan kepadamu). (QS Shad 38:26)
Kemudian Allah secara khusus menetapkan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sebagai pewaris Nabi Daud ‘alaihi salam:
Dan Nabi Sulaiman mewarisi (pangkat kenabian dan kerajaan) Nabi Daud. (QS An Naml 27:16)
Demikian juga, apabila Allah hendak menerangkan bahawa Muhammad adalah RasulNya, Allah menerangkannya dengan jelas lagi tepat sebagaimana firman-Nya:
Muhammad ialah Rasul Allah (QS Al Fath 48:29)
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam Al Qur’an ayat yang berbunyi umpama: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein ! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memangnya tidak berkehendak menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat Islam sesudah Rasulullah.
Di dalam Sunnah yang shahih, yang ada hanyalah beberapa hadist yang berbentuk doa, harapan, peringatan, anjuran dan pesanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Ahlul Bait beliau. Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
Penjelasan tentang Hadist Dua Belas Khalifah
Selanjutnya marilah kita bahas penjelasan tentang hadist dua belas khalifah tersebut.
Saya kemukakan saja lafadz hadist yang biasanya dinukil oleh orang-orang syiah rafidhoh. Untuk membela pemikiran dua belas imamnya.
Lafadz hadits:
“Akan ada 12 khalifah” Berkata Jabir bin samurah (perawi hadis): “Dan kemudian beliau bersabda dengan kalimat yang tidak aku fahami. Ayahku berkata: “Semuanya dari orang Quraisy.” (HR Bukhari 329 dan Muslim 4477)
Derajat hadist dan penjelasannya :
Hadist ini shahih keduanya dikeluarkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Adapun tentang posisi hadist ini ia masuk dalam kategori hadist yang berbentuk ramalan atau perkiraan nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah dua belas khalifah tadi.
Yang dalam hal ini beliau sengaja tidak menyebut nama khalifah tersebut kerana ini akan menghilangkan nilai motivasi hadis. Sengaja beliau hanya menyebut angka dua belas supaya umat senantiasa dimotivasi untuk memenuhi keseluruhan jumlah tersebut dari saat beliau wafat hingga saat Hari Kiamat.
Terdapat juga beberapa hadis yang lain yang semisal di mana beliau tidak menyebut nama atau waktu tempat. Diantaranya adalah
Hadist pertama:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi umat ini pada awal setiap seratus tahun seorang yang memperbaharui agamanya.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Imam Al Albani)
Perhatikan dengan jelas tidak disebut siapakah nama mujaddid pembaharu tersebut.
Hadist kedua:
“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun. Kemudian Allah mengangkatnya. Selepas itu datang masa kekhalifahan atas manhaj kenabian selama beberapa masa sehingga Allah mengangkatnya. Kemudian datang masa kerajaan (mulk) yang buruk selama beberapa masa, selanjutnya datang masa kerajaan menggigit selama beberapa masa, hingga waktu yang ditentukan Allah.Selepas itu akan berulang kekhalifahan atas manhaj kenabian. Kemudian Rasulullah diam.” (HR Ahmad dan At Thabrani, berkata Imam al Haitsmani, para perawi At Thabrani (tsiqah) terpercaya)
Perhatikan siapa nama dan tempat yang akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
Hadist Ketiga :
“Perumpamaan umatku adalah umpama hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu pada awalnya atau akhirnya.” (HR Bukhari)
Perhatikanlah tidak disebut dengan jelas kapan waktu masa kebaikan dan keburukan tersebut. Dalam hadist-hadist di atas, sengaja beliau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. membiarkan ia “terbuka” supaya umat berusaha memenuhinya. Ia berperanan sebagai pemberi motivasi kepada sesiapa yang mau mencarinya.
Dari penjelasan diatas jelaskan bahwa Nabi tidak menjelaskan siapa nama dua belas khalifah tersebut hanya dijelaskan bahwa mereka berasal dari Quraisy adapun namanya tidak dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Maka kembali ke kaidah yang disepakati ahlussunnah di awal
“ setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Memang ada tafsiran dari para Ulama Ahlussunnah bahwa dua belas khalifah tersebut yang jelas diantaranya memang berasal dari Quraisy dan memang menduduki posisi khalifah adalah Al Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali radiyallahu anhuma. Namun keempat khalifah tersebut bukannya mutlak karena Nabi memang tidak pernah menyebut nama kedua belas khalifah tersebut. Kembali kepada kaidah
“ setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Adapun Syiah Rafidhoh seperti kebiasaan di awal mereka memperalat dalil tersebut yang bersifat umum dan tidak menyebut nama para khalifah tersebut untuk mengkhususkannya kepada para Imam keturunan ahlul bait khususnya dari Husein saja. Yang Hal ini jelaslah kebathilannya.
Yang pertama mereka hanya dua orang saja yang memang pernah menjadi khalifah yaitu Ali dan Hasan radiyallahu anhuma. Sedangkan Husein radiyallahu anhu dan keturunannya tidak pernah menjadi khalifah dan memang Quraisy seperti yang disebutkan hadist tersebut.
Kemudian yang kedua, jelas dalam hadist tersebut tidak disebutkan nama-nama khalifah tersebut, tidak disebutkan pula bahwa mereka haruslah keturunan ahlul bait. Apalagi haruslah keturunan Husein bin Ali radiyallahu anhu, petunjuk dalam hadist itu hanyalah jumlahnya yang dua belas khalifah dan keturunan Quraisy.
Jadi dalam hal ini Ahlussunnah wal jama’ah tetap memegang kaidah :
“ setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
tidak seperti syiah rafidhoh yang memperalat hadist dan ayat Al Qur’an untuk memenuhi hawa nafsunya. Benarlah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
“Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata“Jauhlah.Jauhlah orang-orang yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291)
Maka setiap dalil Al Qur’an dan Sunnah yang shahih adalah sempurna dalam bentuknya yang asal sebagai kesempurnaan yang berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Seandainya Allah mengkehendaki Ali radiyallahu anhu langsung setelah nabi yang menjadi khalifah ataupun keturunan Husein radiyallahu anhu menjadi khalifah yang dua belas tersebut, Allah akan menetapkannya dengan dalil yang berbentuk khusus, jelas lagi tepat baik itu dari Al Qur’an dan Hadist yang shahih. Jelas Islam ini telah sempurna tidaklah mungkin Allah dan Rasulnya meninggalkan umat ini dalam kebingungan. Padahal Allah sendiri telah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu” ( QS. Al Maidah, 3)
Dan amat tidaklah mungkin pula jika Ali Bin Abi Tholib radiyallahu anhu jika beliau memang ditunjuk langsung menjadi khalifah setelah Nabi beliau menyembunyikan dalil penunjukkan tersebut, ini secara tidak langsung berarti menuduh beliau (Ali) menyembunyikan ilmu, menuduh beliau (Ali) sebagai pengecut yang tidak mau menegakkan kebenaran jika dalil itu memang hak adanya.begitu juga Hasan,Husein dan lainnya jika mereka mengetahui hal itu sebagaimana keyakinan kaum Syiah Rafidhoh.
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman
Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan
bertaubat kepada-Mu.
Wallahu a’lam
Kutip,
_____________________________________________
Derajat hadist dan penjelasannya :
…………………………………………….. Adapun tentang posisi hadist ini ia masuk dalam kategori hadist yang berbentuk ramalan atau perkiraan nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah dua belas khalifah tadi.
_____________________________________________
Sekedar mau tanya;
Atas dasar dan dalil apa hadist tsb. dikategorikan bahwa Nabi SAW meramal atau mengira-ira?
Kutip;
_____________________________________________
………………………….. Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
_____________________________________________
Pertanyaan 2:
Bukankah khalifah akhir zaman adalah Imam Mahdi?
Bagaimana penafsiran yang sebenarnya dengan 2 hadist sahih ini?
1) Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi dari keturunan Fathimah.” (HR Abu Dawud No. 4284, Ibnu Majah No. 4086 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam Shahih Ibnu Majah No. 3301 dan Al Jami’ Ash Saghiir No. 6610.)
2) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dunia tidak musnah kecuali orang Arab dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku yang namanya sama dengan namaku.” (HR At Tirmizdi no. 2230 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam Shahih At Tirmidzi No. 1818)
@ Saiful,
Lha terus apa masalahnya? memang benar Imam Mahdi adalah keturunan Nabi SAW, apakah hadits tsb menunjukkan bahwa khalifah harus dari keturunan Nabi SAW? mana yg nyebutin itu? bukankah Nabi SAW hanya menyebutkan bahwa Imam Mahdi adalah dari keturunan beliau dan tidak mengatakan bahwa khalifah2 sebelumnya dari dari keturunan beliau? atau sekali lagi angan2 anda yg berbicara??
Lihat Nama Imam Mahdi adalah sama dengan nama Nabi dan kunyah beliau yaitu Muhammad bin Abdullah bukan Muhammad bin Hasan Al-Askari. Bagaimana pendapat anda?
Perhatikan cuplikan artikel di bawah, apakah anda bisa menjawabnya?
@sandi
menggunakan aql itu sangat penting, berfikirlah secara holistik dan jangan secara parsial. Kalau anda menganggap bahwa 2 hadist itu sahih, saya hanya ingin mengatakan bahwa ketetapan Allah SWT terhadap Imamah/Kepemimpinan Islam sejak dulunya hingga hari kiamat itu sudah jelas dan pasti, yakni;
1) Berdasarkan penunjukan langsung dari Allah SWT, atau Nabi-Nya (sebagaimana dicontohkan juga oleh Nabi Daud AS. Sebagaimana anda kutip bahwa Sulaiman AS sebagai pewaris Nabi Daud AS) – baca juga ayat ketika Nabi Daud AS menunjuk langsung orang kepercayaannya.
2) Imamah hanya dianugerahkan berdasarkan pewarisan Dzurriyat yang tidak zalim. Sebagaimana dikabulkannya do’a Ibrahim AS (QS 2:124).
Makna dzurriyat ini berarti pastinya Imamah Ahlul Bait dari Nabi Ibrahim AS terus berlanjut kepada Rasulullah SAW dan Imam ‘Ali AS, dan hingga hari Kiamat diemban oleh Imam Mahdi AS yang merupakan dzurriyat dari Sayyidah Fathimah SA, sebagaimana 2 hadist tsb. yang menyatakan demikian.
Saya hanya ingin menegaskan bahwa prinsip penulis (Abu hanan) diatas telah diluruskan oleh nash-nash Al Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Khususnya yang ini, saya kutip lagi deh……..
____________________________________________
………………………….. Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
____________________________________________
Jadi tolong anda pahami dulu prinsip-prinsip Allah SWT dalam persoalan Imamah/Khalifah ini, secara menyeluruh, sebab sunnatullah itu tidak berubah.
Saya kira banyak yang belum memahami bahwa Muhammad SAW selain beliau SAW mengemban misi Kenabian/Kerasulan, beliau juga adalah seorang Khalifah, seorang Waliy dan juga seorang Imam.
Apakah anda tidak menggunakan aql?
@Saiful,
Yang tidak menggunakan akal itu anda, kok ga ngrasa sich
Jika anda menggunakan akal sehat, coba tampilkan saja di ayat Al-Qur’an atau hadits yang mana yang menyebutkan tentang Imam 12 secara lengkap spt versi syi’ah?
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam Al Qur’an ayat yang berbunyi umpama: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein ! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memangnya tidak berkehendak menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat Islam sesudah Rasulullah.
Belum lagi pertanyaan kenapa harus keturunan Husein, bukannya keturunan Hasan?, kenapa harus Ja’far Ash Shodiq bukan Ismail? Terus mana mereka pernah memimpin Umat ini? menjadi khalifah yg memimpin umat? seperti Daud, Sulaiman maupun Nabi Muhammad SAW, atau khulafaur rasyidin? tunjukkan dalil yang jelas! yg jelas sejelas matahari!
Jika tidak ada, maka Imamah Ala Syi’ah yg katanya kalo orang mengingkari-nya kafir adalah BATHIL! hanya angan-angan syi’ah saja. Sadarlah, argumentasi anda itu sangat lemah dan penuh dengan kira2 serta angan2 yang tidak pasti! sangat gampang diruntuhkan oleh lawan diskusi anda, Pikir pakai akal, jangan biarkan virus rafidhah merusak akal sehat anda! jangan mau dibodohi oleh kaum rafidhah!
ini strategi mengalihkan persoalan…, he he….
eh….. sandi, saya bahas apa, anda tanggapi yang mana, gak jelas.
ya step by step donk, kalo memang anda punya aql.
kita bahas dulu prinsip2 Allah SWT dalam persoalan Imamah/Khalifah ini, secara menyeluruh, sebab sunnatullah itu tidak berubah.
jangan hanya sok pintar, tunjukan saja yang mana tulisan2 saya yang salah, dan mana yang benar menurut anda.
Saya sudah sampaikan berkali-kali, silahkan tunjukkan saja mana ayat yang dengan jelas menyebutkan tentang 12 Imam yang dianggap sebagai akidah oleh syi’ah dan kafir bagi yang mengingkarinya, sebagaimana Allah menunjuk Ibrahim, Daud, Sulaiman, Nabi Muhammad SAW. Karena akidah adalah permasalahan yang sangat esensi, maka dalil harus jelas dan tidak ada celah bagi para penolaknya. Sedangkan argumentasi anda hanya berputar-putar penuh dengan kesimpulan2 yg berdasarkan perkiraan, dugaan, perasaan dan angan2 yang dengan mudah dapat dipatahkan oleh siapapun yang berakal sehat.
Kalau memang anda punya aql sehat………, seharusnya anda concern saja dengan tulisan/makalah Abu Hannan diatas.
Saya disini hanya menaggapi tulisan/makalah tsb diatas saja, jadi tidak membahas soal pandangan Syiah atau Ahlus Sunnah, he he he……
Saya hanya menunjukkan bahwa pernyataan Abu Hannan ini:
saya kutip lagi:
———————————————————————–
………..Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
———————————————————————–
bahwa pernyataan tersebut bertentangan dengan nash/dalil hadist Nabi SAW. dibawah ini.
Ok deh, nih saya kutip lagi:
———————————————————————-
1) Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi dari keturunan Fathimah.” (HR Abu Dawud No. 4284, Ibnu Majah No. 4086 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam Shahih Ibnu Majah No. 3301 dan Al Jami’ Ash Saghiir No. 6610.)
2) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dunia tidak musnah kecuali orang Arab dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku yang namanya sama dengan namaku.” (HR At Tirmizdi no. 2230 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam Shahih At Tirmidzi No. 1818)
Jadi persoalan ini bukan pandangan Syiah atau Ahlus Sunnah. Ini ada lah persoalan amar makruf nahi munkar dalam Islam.
Nampaknya anda ini sok pintar dan selalu merasa paling benar, dan juga merasa berakal sehat lagi, hi hi hi…..
Saiful,
Anda mesti memahami dulu kalimat Abu Hannan di atas dengan baik..
Saya ingin tanya, apakah keturunan ahlul bait itu disebut juga ahlul bait? Imam Mahdi adalah keturunan (Dzuriyat) ahlul bait, Anda bisa bedakan ga sih antara Ahlul Bait dan Keturunan Ahlul bait? apakah orang-orang yang silsilah-nya bertemu dengan ahlul bait disebut ahlul bait? ataukah disebut dzuriyat?
Kemudian, apakah hadits2 yg anda sebutkan adalah sebagai dalil pengkhususan bahwa hanya ahlul bait yang berhak memimpin umat Islam sedangkan yang lain tidak berhak? padahal Nabi SAW di dalam hadits tsb hanya bersabda untuk khalifah terakhir adalah Imam Mahdi keturunan Ahlul Bait beliau, tetapi beliau tidak mengatakan bahwa khalifah harus-lah dari ahlul bait.
@sandi menulis….
———————————————————————-
Anda mesti memahami dulu kalimat Abu Hannan di atas dengan baik..
………..Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
———————————————————————
disitu ada kalimat-kalimat:
1) tidak ada satupun hadist sahih —–> eee taunya ada hadist sahih, malah lebih dari satu he he ehe…….
2) hak kepemimpinan atas ummat Islam —–> ummat Islam itu sudah ada sejak dulu hingga hari kiamat bung……
Kalau Abu Hannan meniadakan kepemimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam, berarti Abu Hannan belum pernah baca hadist tentang Hak Kepemimpinan Ahlul Bait Rasulullah SAW.
Mengenai pertanyaan anda, itu sudah terjawab oleh Rosul SAW, kenapa harus tanya saya, saya gak tau apa-apa, saya tau karena membaca Hadist sahih tsb. hi hi hi…..
makanya anda baca itu pake aql sehat donk……….., ini saya kutipin lagi dari hadist 1 & 2.
1) ….“Al Mahdi dari keturunan Fathimah.” —–> ini bermakna bahwa Al Mahdi adalah dzurriyyah Rasul SAW, dengan demikian Al Mahdi silsilahnya nyambung juga sampe ke Ibrahim AS.
2) ……..dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku…. ——–> berarti “Lelaki tsb” (yakni Imam Mahdi) disebut oleh Rasulullah SAW sebagai “Ahlul Baitku”.
“Ku” disitu adalah Rasulullah SAW, dengan demikian Imam Mahdi disebut oleh Rasul SAW sebagai Ahlul Bait juga.
Jadi 2 hadist itulah yang menjawab pertanyaan anda dengan sejelas-jelasnya…..
Halooooooo……., dimana fithrah, kehanifan dan aql sehat anda?
Saiful,
Mestinya yg harus menggunakan akal yang jernih, Jelas sekali ke dua hadits tersebut saling menjelaskan bahwa Imam Mahdi adalah keturunan (dzuriyat) ahlul bait Nabi SAW yaitu Fathimah, makanya nabi SAW mengatakan : seorang lelaki dari ahlul baitku artinya seorang lelaki keturunan/dzuriyat ahlul baitku sebagaimana dijelaskan oleh hadits yang lainnya. gimana sih..
Jawab saja pertanyaan saya ini dengan jelas jika anda mempunyai akal yang sehat 🙂
Itulah yang dimaksud Abu Hannan, memang tidak ada satu dalil pun yg mengatakan hak kekhalifahan itu harus di tangan ahlul bait. sedangkan hadits2 yg anda sebutkan hanya menginformasikan bahwa di akhir jaman ada seorang khalifah/imam mahdi dari keturunan Ahlul Bait beliau. sedangkan sebelum Imam Mahdi terdapat beberapa khalifah dan beliau tidak mengatakan bahwa mereka adalah dari kalangan keturunan ahlul bait beliau dan kenyataannya tidak semua dari kalangan keturunan ahlul bait, beliau hanya mengatakan dari Quraisy.
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ كَتَبْتُ إِلَى جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ مَعَ غُلَامِي نَافِعٍ أَنْ أَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَكَتَبَ إِلَيَّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ جُمُعَةٍ عَشِيَّةَ رُجِمَ الْأَسْلَمِيُّ يَقُولُ لَا يَزَالُ الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمْ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ عُصَيْبَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَفْتَتِحُونَ الْبَيْتَ الْأَبْيَضَ بَيْتَ كِسْرَى أَوْ آلِ كِسْرَى
Daripada ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqas katanya, saya menulis kepada Jabir bin Samurah bersama hambaku Nafi’ supaya engkau ceritakan kepadaku sesuatu yang engkau mendengarnya daripada Rasulullah s.a.w., Dia (‘Amir) berkata, “lalu dia (Jabir) menulis kepadaku, “aku mendengar Rasulullah s.a.w. pada hari Jumaat ……….. yang direjam Ma’iz al-Aslami bersabda, “agama ini akan terus teguh sehingga berlakunya kiamat agau sehingga kamu dikuasai oleh dua belas orang khalifah, mereka semuanya dari Quraisy”. Aku mendengarnya bersabda lagi, “satu kelompok dari orang-orang Islam akan menakluk rumah putih iaitu rumah (kerajaan) Kisra atau keluarga Kisra”.(Hadith Riwayat Muslim)
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
HR. Bukhari
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam besabda: “Bani Isra’il kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya”.
Tapi yang sesuai manhajnya para Nabi cuman dikit, liat lagi dimari,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
HR. Ahmad
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan berlangsung kenabian di tengah tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kekhilafahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung pemerintahan yang menindas selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan berlangsung kembali ke khalifahan menurut sistim kenabian. Kemudian beliau berhenti”.
Berpikirlah wahai yg punya akal sehat jgn jumud.
@sandi menulis
———————————————————————–
Mestinya yg harus menggunakan akal yang jernih, Jelas sekali ke dua hadits tersebut saling menjelaskan bahwa Imam Mahdi adalah keturunan (dzuriyat) ahlul bait Nabi SAW yaitu Fathimah, makanya nabi SAW mengatakan : seorang lelaki dari ahlul baitku artinya seorang lelaki keturunan/dzuriyat ahlul baitku sebagaimana dijelaskan oleh hadits yang lainnya. gimana sih..
———————————————————————-
Lhoooooo……, kenapa anda tanya? padahal anda mengaku sudah paham, mubazzdir………hi hi hi….
Nih…. saya kutip lagi pertanyaan anda:
———————————————————————-
Saya ingin tanya, apakah keturunan ahlul bait itu disebut juga ahlul bait? Imam Mahdi adalah keturunan (Dzuriyat) ahlul bait, Anda bisa bedakan ga sih antara Ahlul Bait dan Keturunan Ahlul bait? apakah orang-orang yang silsilah-nya bertemu dengan ahlul bait disebut ahlul bait? ataukah disebut dzuriyat?
———————————————————————-
Dan anda perlu ingat disini saya hanya menaggapi inti tulisan Abu Hannan, yang menyatakan:
…….tidak ada satupun ayat yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini. Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Padahal 2 hadist sahih itu, merupakan ketetapan Allah dan Rasul-Nya mengenai hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Jadi hak kepemimpinan Ahlul Bait terhadap ummat Islam jelas ada kan?
Itu saja dulu, he he he………
Sekali lagi anda masih belum memahami kalimat Abu Hannan di atas, memang benar tidak ada satu ayat ataupun hadits yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan ahlul bait, artinya tidak ada satu dalil pun mengatakan bahwa khalifah itu harus (hak) dari ahlul bait, jadi bisa siapa saja asal dari Qurays gitu loh mas. dan hadits2 yg anda sebutkan tidak relevan dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
@sandi…. saya baca seluruhnya tulisan Abu Hannan diatas, bahwa Abu Hannan meniadakan samasekali hak Ahlul Bait dalam kepemimpinan , harusnya anda baca keseluruhannya.
anda menulis seperti ini
———————————————————————
……………., artinya tidak ada satu dalil pun mengatakan bahwa khalifah itu harus (hak) dari ahlul bait, jadi bisa siapa saja asal dari Qurays gitu loh mas. dan hadits2 yg anda sebutkan tidak relevan dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
———————————————————————
Ok sekarang saya tanya aja deh:
1) Kenapa anda tidak menyatakan setuju, dengan hak kepemimpinan Imam Mahdi diakhir zaman, yang jelas sudah ditetapkan Nabi SAW?
2) Khalifah/Imam boleh siapa saja asalkan dari Quraisy, tolong dalil Qur’annya mana?
3) Hadist2 yg saya sebutkan tidak relevan dengan tulisan Abu Hannan, maksudnya bagaimana?
@Saiful,
Siapa yang tidak menyatakan setuju dengan hak kepemimpinan Imam Mahdi diakhir zaman, yang jelas sudah ditetapkan Nabi SAW? Saya tidak pernah mengatakan tidak setuju, baca lagi donk!
Ini nih gaya ente yang plin plan, padahal sudah dikasih hadits shahih, katanya anda yakin akan hadits shahih? ternyata ente masih ga terima juga dg berbagai alasan, Bukankah anda pernah menyinggung bahwa Imam harus dari keturunan Ibrahim yg ayatnya terdapat dalam Al-Qur’an? bukankah Quraysi juga keturunan Ibrahim AS?
Waduh gimana ngejelasinnya ya biar ente paham??
Hahahaha..ya gini ini hasil dari orang yg KURANG RASA CINTANYA kepada Rosulullah dan jauh dari dzuriyyatnya trs sok pintar jabarin hadist..
Hadist seperti itu di bilang hadist motivasi dan ramalan,wakakakakakakakak..lelucon apalagi ini,emangnya Rosulullah tukang ramal atau di utus untuk meramal ??
Dan kalo untuk motivasi,lebih gak mungkin lagi..emangnya ummat Rosulullah pada saat itu hanya orang2 quraisy saja? Hingga hanya mereka saja yg dimotivasi atau di support..?? G adil bgt,hahahaha..
Itu hadist ciri2 atau petunjuk,agar ummatnya di kemudian hari bisa mengenali siapa 12 pemimpin itu..sama seperti hadist2 tentang ciri2 atau tanda2 kiamat..belum terjadi cuma sudah di beri petunjuk agar ummat ini berfikir dan dapat mengenali tanda2nya..
Soal ahlil bait..seluruh keluarga dari rumah Rosulullah dan keturunan beliau adalah ahlil bait(arti jamak).
Dan di khususkan artinya dengan hadist doa Rosulullah dalam kisah ahlil kisa’..
Imam mahdi,dll termasuk ahlil bait,tapi tidak termasuk dalam ahlil kisa'(arti khusus)
Dalam hadist tsaqalain juga di sebutkan bahwa Al-Qur’an dan ahlil bait tidak akan terpisah hingga akhir zaman.
Mudah2an penjelasan ini bermanfaat bagi semua..amin3x
kutip
———————————————————————
Ini nih gaya ente yang plin plan, padahal sudah dikasih hadits shahih, katanya anda yakin akan hadits shahih? ternyata ente masih ga terima juga dg berbagai alasan, Bukankah anda pernah menyinggung bahwa Imam harus dari keturunan Ibrahim yg ayatnya terdapat dalam Al-Qur’an? bukankah Quraysi juga keturunan Ibrahim AS?
———————————————————————
Alhamdulillah, kalau anda sudah paham QS 2:124, tapi anda lupa bahwa kriteria Imamah/Khalifah yang Allah tetapkan pada ayat itu adalah :
1) Dzurriyyah – yakni keturunan dari Quraisy itu betul….,
Tapi bukan sekedar suku bangsa Quraisy saja mas…, karena Quraisy itu terdiri lagi dari banyaknya Bani-Bani. Tentunya Allah SWT memilih yang terbaik diantara Bani-Bani yang ada pada suku bangsa Quraisy, dan ini ada nashnya (hadist sahih)
2) Disamping itu juga, yang lebih prinsip adalah dzurriyyah Ibrahim yang tidak Zhalim.
Oleh karena itulah yang mengetahui siapa-siapa keturunannya yang tidak zhalim tentunya Allah SWT dan RasulNya dong…..
Maka dengan demikian Imam/Khalifah/Waliy Allah dimuka bumi ini adalah melalui Penunjukan/Pewarisan atau Wasiat, dan yang melakukan hal tersebut adalah hak Allah dan RasulNya saja. Tuh kalo mau bukti sebagian ayatnya sudah dikutip oleh Abu Hannan diatas. Allah menunjuk Daud AS. Daud mewarisi Sulaiman AS. Baca mas……..
anda gak sadar kalo nulis ini…..
———————————————————————-
……….. dan hadits2 yg anda sebutkan tidak relevan dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
lalu anda jawab:
Waduh gimana ngejelasinnya ya biar ente paham??
———————————————————————
Lhaa nte ini cuma sombong doang, ngrasa sok paham, tapi pernyataan anda ini rancu.
Ini saya kutip juga pernyataan Abu Hannan yang rancu:
——————————————————————-
Perhatikan siapa nama dan tempat yang akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
——————————————————————–
Kalau memang anda sudah setuju dengan nash 2 hadist terkait kepemimpinan akhir zaman oleh Ahl al Bait, logikanya ya sudah jelas dong……. itu sangat relevan dengan topik yang dibahas Abu Hannan.
Sebab, hadis adanya 12 khalifah pelanjut Rasulullah SAW itu masanya hingga akhir zaman, berarti Khalifah/Imam terakhirnya adalah Imam Mahdi dari dzuriyyat Rasulullah SAW.
Jadi kesimpulan saya terhadap makalahnya Abu Hannan diatas adalah tidak berdasarkan penelaahan yang luas dan mendalam terhadap Al Qur’an dan Hadist. Bukannya menjelaskan tapi justru mengaburkan prinsip dalam Islam.
Cukup sekian @sandi dan mohon maaf, saya malas berdiskusi dengan anda lagi, karena anda tidak fokus dengan topik-topik yang dibahas, malah justru yang anda soroti adalah orangnya bukan dalil/hujjahnya.
Salaam wa rahmah.
Berawal dari kebingungan akidah sehingga bingu juga dalam memahami hadis dua belas khalifah setelah nabi. Sungguh mengherankan keyakinan Anda.Bahkan mengira nabi hanya mengira-ngira dan sebuah ramalan. Allahu akbar.
Walaupun demikian, ini bukan yang pertama. Nabi Yakub a.s. memiliki 12 putra. Nabi Isa a.s. dengan 12 hawariyun. Kaum Nabi Musa a.s. terheran-heran dengan 12 mata air yang memancar.
Semua nabi dan pelanjutnya memiliki nasab yang bersambung. Sekarang, ketika Rasulullah saw. memiliki 12 pelanjut dengan nasab bersambung, heran dan bingung menjelaskan sabda beliau, sehingga memaksakan takwilnya bahkan menuduh beliau meramal dan mengira-ngira.
Sungguh, yang keluar dari lisan beliau tiada lain hanyalah wahyu. Wasalam.
Silahkan tunjukkan dalil bahwa 12 orang khalifah yang dimaksud adalah 12 imam syi’ah.
Bener yg keluar dari lisan rasul adalah wahyu, maka ulama salaf islam berupaya menghimpun perkataan,perbuatan beliau saw dan dg teliti melalui berbagai metode agar terpisah dari yg bukan perkataan beliau namun diklaim sebagai dari belias saw…..agar semua bersambung ke beliau dg akurat. Bkn seperti perkataan yg bikin kemaluan bediri yg diriwayatkan si laknatullah yg kentuti muka imam.
Hahaha,,, lucu2,,, makalah’y,,
bikin perut ketawa,,, kwkwkwkw
eh,, salah,, perut mulez,,, hohoho
Aduh,, gawat,, Nabi ajah di kira peramal,, bagai mana umat’y nanti klu Nabi seorang Peramal,,, hueh hueh hueh
gaya bicara’y sok pinter, tp tanya2 mulu,,, HawduHHH,,,
jangan pke tanya2 coba,, berikan hujjah/argumen ente yg cerdas,,
tau gak sih,, hujjah ente bikin pembaca bingung,, tp ada mending’y,, hujjah ente lucu2 banget,,,, hohoho
“Eling eling ojo di lali lali wasiat penting tinggalane kanjeng Nabi cacahe loro kang wajib di gondeli kitab Al Qur’an lan Ahlul Bayt ingkang suci”.
orang syiah memang tidak akan paham dan tidak akan menerima apa yang disampaikan kepada mereka. karena kehadiran mereka memang untuk merusak islam sebagaimana pengasas syiah itu sendiri, ibnu saba’. tetapi dari penjelasan sahabat salafi setidaknya banyak hikmah dan pelajaran untuk orang awam bahwa begitu lemahnya hujah orang syiah dan begitu kerasnya kepala dan hati mereka.
hanya untuk menjawab soal dari saudara alfanarku, orang syiah biasanya akan menjawab sebagai berikut dibawah ini, yaitu dengan dalil tetapi dengan paham mereka juga tanpa merujuk kepada hadis yang shahih
, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya dan taati pula Ulil Amri (para Imam) di antara kalian.” (QS. An-Nisa’: 59)
Secara tegas Allah SWT mewajibkan semua orang-orang yang beriman untuk mentaati “Ulil Amri” secara mutlak. Dan, menaati mereka sama dengan mentaati Rasulullah saw. Sekaitan dengan turunnya ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?”
Rasulullah saw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para imam kaum muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir.”[Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494.]
@alfanar ku
hadits ttg 12 imam n dgn nama2nya bukan cuma milik syiah ahlu sunnah pun memiliki hadits tsb.
tp sy akui anda berani membuka perkara ini,yg justru disini kelemahan ahlu sunnah,kelemahan nya hanya tidak konsukwen saja dlm menjalankan hadits2 keutamaan dr ahlulbait,
Tp alhamdulillah msh ada juga dr kalangan ahlusunah,yg masih mengakui keutamaan ahlulbait diatas ummat yg lain.walaw sedikit
pertanyaanku, siapa mereka 12 kholifah setelah nabi menurut hadits: Akan ada 12 khalifah…….?
mohon dijelaskan sesuai syar’i
Penjelasan sesuai syari harus rujuk pada hadis lagi dong. Cari aja apa ada hadis sahih yg menyebutkan nama nama dimaksud? ( kalo syiah sdh ngarang hadisnya loo lengkap dg nama nama yg 12, kalau ulama muslim mana berani ngarang sendiri lalu bilang dari rasul,saw )
sy telah mengikuti semua diskusi dari artikel yg sy baca di blog ini….(diskusi antara saudara2 dr pihak Syiah dan yg bukan Syiah) yg kemudian sy mengambil kesimpulan sementara, (maksudnya kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan sy dari dialog dalam diskusi)
sy hanya seorang yg berusaha mencari kebenaran (berdasarkan diskusi di blog ini) antara apa2 yg dijelaskan oleh sodara2 dari pengikut syiah dgn sodara2 yg diluarnya…
sy bukan org yg jago berdebat, dan sy hanyalah org yg awam dalam hal yg dipermasalahkan diatas maupun yg dipermasalahkan di topik2 yg lain.
dan jujur dari awal sy menyimak semua dialog org2 disini sy selalu menempatkan diri sy dalam keadaan Netral senetral-netralnya krn tujuan sy bener2 mencari pencerahan…
dan berdasarkan pengamatan sy sebagai penyimak sampai bahasan diatas… sodara2 dr syiah tidak segamblang dan sejelas sodara2 yg bukan syiah dalam memberi penjelasan…baik itu tentang penjelasan yg berdasarkan pd Hadist apalagi yg berdasar pd Al Quran…
Maksudnya… penjelasan sodara2 yg bukan syiah lebih cendrung memberikan sy pemahaman dgn jelas dan mudah dicerna, artinya argument sodara2 yg bukan syiah selalu menyajikan penjelasan yg disertai dgn Dalil yg kuat, analogi yg masuk akal, berdasarkan Hadist2 dan ayat2 Al Quran yg dijelaskan begitu jelasnya dan mudah dipahami maksudnya…
sementara sodara2 yg dari syiah cenderung memberikan penjelasan yg berputar-putar, cenderung membingungkan dan malah kadang keterangan yg sebelumnya malah dibantahkan sendiri dengan keterangan berikutnya…
terlalu berputar dan kadang malah kesannya memutar sebuah argumen yg sebenarnya sudah terjawab dgn jelas…
sederhananya gini…. argument dr saudara yg bukan syiah cenderung lebih mudah dipahami krn dalil yg diajukan dan dengan penjelasan yg begitu jelas
sedangkan argumen saudara yg syiah… dalil yg diajuin kadang terbantah sendiri dengan penjelasannya… sehingga kadang timbul penjelasan yg rancuh, kesan mengelak dgn argumen baru hanya utk menutupi jawaban yg udah mulai terbaca…
setidaknya itu kesimpulan yg bisa sy ambil sementara dari diskusi2 di dalam blog ini, tentunya bukan cuman dari bahasan ini saja…. tp itu belum membuat sy mencapai sebuah kesimpulan secara umum dari apa yg sy ingin tau tentang syiah… artinya sy masih netral dalam menilai sodara2 yg syiah…
Syiah maksa maksa 12 khalifah ntu imam imam 12 mrk. Soal nash dalil nya ntar mrk karang karang sendiri lalu dibilang dari rasul lewat imam imam nya yg mesum. Soal karang mengarang hadis, syiah ulama syiah jago nya. Bedah aja kitab kitab utama mrk dijamin amburadul ancur lebur,
kitab rujukan agama adalah cerminan agama itu sendiri.